KATA PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa didalam
pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam
proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun
cara penulisannya. Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
01 September 2014
penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
pengukuran merupakan aktivitas yang
membandingkan kuantitas fisik dari objek dan kejadian dunia-nyata. Alat
pengukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda atau kejadian
tersebut. Pengukuran banyak sekali dilakukan dalam bidang teknik atau industri.
Sedangkan alat ukurnya sendiri banyak sekali jenisnya, tergantung dari banyak
faktor, misalnya objek yang diukur serta hasil yang di inginkan.
Mengetahui karakteristik alat ukur
adalah penting agar pekerjaan pengukuran secara menyeluruh (persiapan,
pelaksanaan dan analisis) dapat diandalkan
keberhasilannya. Seseorang tidak akan dapat merancang pengukuran dengan
benar tanpa mengetahui arti karakteristik dari alat ukur.
B.
Tujuan
1. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengukuran Listrik
2. Untuk
mengetahui karakteristik-karakteristik alat ukur
C.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
karakteristik-karakteristik alat ukur ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengukuran
Pengukuran adalah
penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya
terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran
tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga
dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan,
seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan
konsumen.
B. Alat Ukur
Alat ukur adalah alat yang digunakan
untuk mengukur benda atau kejadian tersebut. Seluruh alat pengukur dapat
terkena kesalahan peralatan yang
bervariasi.
C. Karakteristik Alat Ukur
Fungsi alat ukur adalah untuk mendeteksi parameter yang terdapat dalam
proses industry atau penelitian ilmu pengetahuan. Alat ukur harus mampu
mendeteksi tiap perubahan dengan teliti. Untuk mendapatkan sifat kerja yang
optimum maka perlu diperhatikan sejumlah karakteristik dasar alat ukur. Berikut
akan dijelaskan masing-masing karakteristik terebut :
1. Karakteristik Statis
Karakteristik statis suatu alat ukur
adalah karakteristik yang harus diperhatikan apabila alat tersebut
digunakan untuk mengukur suatu kondisi yang tidak berubah karena waktu atau
hanya berubah secara lambat laun.Karakteristik statis adalah hal-hal yang
harus diperhitungkan bila alat ukur dipergunakan untuk mengukur suatu keadaan
yang tidak bergantung pada waktu, yaitu :
a.
Ketelitian atau Keseksamaan
(Accuracy)
Ketelitian
atau accuracy didefenisikan sebagai ukuran seberapa jauh hasil pengukuran
mendekati harga sebenarnya dari pada besaran yang diukur. Ukuran ketelitian
sering dinyatakan dengan dua cara, atas dasar perbedaan atau kesalahan (error)
terhadap harga yang sebenarnya, yaitu

Contoh
:
Sebuah amperemeter menunjukkan arus sebesar 10A sedangkan
accuracy 1% maka kesalahan pengukurannya adalah 1% X 10A = 0,1A sehingga harga
sebenarnya dari hasil pengukurannya adalah (10 + 0,1)A.
b.
Kecermatan atau Keterulangan (Precision/Repeatibility)
Adalah
yang menyatakan seberapa jauh alat ukur dapat mengulangi hasilnya untuk harga
yang sama. Atau derajat dekat tidaknya hasil pengukuran satu terhadap yang
lain. Dengan kata lain, alat ukur belum tentu akan dapat memberikan hasil yang
sama jika diulang, meskipun harga besaran yang diukur tidak berubah. Hal diatas
berarti bahwa jika suatu mikrometer menghasilkan angka 0,0002 mm, dan hasil
yang hampir sama akan diperoleh kembali meskipun pengukuran diulang-ulang,
dikatakan bahwa mikrometer tersebut sangat cermat dan ketepatannya (presisi)
tinggi.
c.
Resolusi
Adalah
kemampuan sistem pengukur termasuk pengamatnya, untuk membedakan harga-harga
yang hampir sama. Resolusi adalah nilai perubahan terkecil yang dapat
dirasakan oleh alat ukur. Contoh : suatu timbangan pada jarum penunjuk yang
menunjukkan perubahan 0,1 gram (terkecil yang dapat dilihat) maka dikatakan
bahwa resolusi dari timbangan tersebut adalah 0,1 gram. Harga resolusi sering
dinyatakan pula dalam persen skala penuh.
Kemudahan pembacaan skala adalah sifat
yang tergantung pada instrumen dan pengamatnya. Ini menyatakan angka yang
signifikan (mudah diamati) dan dapat direkam/dicatat sebagai data. Pada meter
analog, ini tergantung pada ketebalan tanda skala dan jarum penunjuknya. Pada
meter digital, digit terakhir (least significant) dapat dipakai sebagai ukuran
kemudahan pembacaan skala.
d.
Sensitifitas
Adalah
rasio antara perubahan pada output terhadap perubahan pada input. Pada alat
ukur yang linier, sensitivitas adalah tetap. Dalam beberapa hal harga sensitivitas
yang besar menyatakan pula keunggulan dari alat ukur yang bersangkutan. Alat
ukur yang terlalu sensitif adalah sangat mahal, sementara belum tentu
bermanfaat untuk maksud yang kita inginkan.
Kepekaan (sensitivitas) menyatakan
berapa besarnya harga pengukuran untuk setiap satuan harga sinyal input. Sinyal
input yang paling kecil yang memberikan sinyal output dan dapat diukur
dinamakan sensitivitas alat ukur.
e.
Error atau kesalahan
Error
dalam pengukuran dapat diartikan sebagai beda aljabar antara nilai ukuran yang
terbaca dengan nilai“sebenarnya “ dari obyek yang diukur. Tidak ada komponen
atau alat ukur yang sempurna, semuanya mempunyai kesalahan atau
ketidak-telitian. Setiap hasil pengukuran selalu mengandung error. Tidak ada
pengukuran yang bebas error, ini merupakan sifat alamia, kecuali jika yang
diukur/dihitung adalah jumlah barang atau jumlah kejadian. Error dalam
pengukuran dikelompokan menjadi 3 jenis, yaitu spurious error, systematic error
dan random error.
f.
Validity
Suatu
skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes
yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan
tujuan pengukuran.
Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan validitas pada suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.
Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan validitas pada suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.
Sisi lain dari
pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang
valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus
memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.
g.
Reliability
Realibilitas
adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau
dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur
gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka
alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan
konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama.
Reliabilitas, atau
keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat
ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan
tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih
subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas
antar penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran
yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur
apa yang seharusnya diukur.
Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.
Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.
2. Karakteristik Dinamis
Karakteristik dinamik dari suatu alat
ukur menyatakan bagaimana kecepatan mengadakan perubahan dari suatu kedudukan
ke kedudukan yang baru. Yang termasuk kedalam karakteristik dinamik yaitu :
a.
Kecepatan atau Respon
Kecepatan
tanggapan (respon) adalah kecepatan alat ukur dalam memberi tangapan terhadap
perubahan kuantitas yang diukur.Keterlambatan dalam pengukuran yang berkaitan
dengan kecepatan tanggapan adalah perlambatan atau penundaan tanggapan suatu
alat ukur terhadap perubahan kontinuitas yang diukur. Perlambatan demikian
merupakan karakteristik yang tidak dikehendaki
b.
Kecermatan
Kecermatan
adalah tingkat yang memberikan gambar apakah alat ukur menunjukkan perubahan
peubah yang diukur tanpa kesalahan dinamis. Kesalahan
dinamis adalah perbedaan antara kuantitas nilai sebenarnya yang berubah
menurut waktu, dan nilai yang
ditunjukkan alat ukur jika diasumsikan tidak ada kesalahan statis. Waktu mati (Dead time) yang berkaitan dengan retardasi dalam
pengukuran kesenjangan hanya mengubah tanggapan alat ukur sepanjang skala waktu
dan menyebabkan kesalahan dinamis. Secara umum, kesenjangan pengukuran jenis
ini sangat kecil dapat dinyatakan dalam sepersekian detik. Waktu mati
disebabkan oleh daerah mati (dead zone) dalam alat ukur oleh gesekan awal atau
pengaruh yang serupa.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
id.slideshare.net/sinyakkaceh/alat-ukur-2
http://diaryfisika.blogspot.com/2012/01/karakteristik-alat-ukur.html
http://diaryfisika.blogspot.com/2012/01/karakteristik-alat-ukur.html
http://sayaberbagii.blogspot.com/2012/11/karakteristik-alat-ukur.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar