BAB I
Resistor
1.1 Pengertian Resistor
Resistor merupakan komponen elektronika yang berfungsi untuk membatasi
arus listrik dan juga digunakan sebagai pembagi tegangan listrik, atau
resistor dapat dikatakan juga sebagai penentu besarnya suatu arus dan
tegangan listrik pada suatu rangkaian elektronika.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa resistor berfungsi untuk menahan
arus listrik sehingga setiap resistor memiliki nilai tahanan
(resistansi) tertentu. Satuan besarnya nilai tahanan suatu resistor
adalah Ohm (Ω). Ohm diambil dari seseorang bernama Georg Simon Ohm yang
berkebangsaan Jerman, dimana dia adalah fisikawan penemu hubungan antara
arus, tegangan dan tahanan pada suatu rangkaian listrik yang kemudian
dikenal sebagai hukum Ohm.
1.2 Simbol Resistor
Simbol resistor pada suatu rangkaian elektronika pada umumnya dibagi
menjadi dua jenis yaitu simbol Amerika dan simbol Eropa, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
Simbol Eropa ditunjukkan oleh R1 sedangkan R2 merupakan simbol Amerika.
Kedua simbol tersebut bukan merupakan bentuk asli resistor tetapi simbol
tersebut digunakan untuk menggambarkan resistor pada rangkaian
elektronika.
1.3 Kode Resistor
Nilai tahanan pada suatu resistor ditampilkan pada badan resistor dan
berupa kode, pada umumnya kode tersebut terbagi atas dua macam yaitu
kode warna dan kode angka. Kode warna ini berbentuk seperti cincin yang
melingkari badan resistor, untuk lebih jelasnya perhatikan gambar
berikut.
Pada cincin 1 (warna hitam) merupakan digit pertama, cincin 2 (warna
coklat) merupakan digit kedua, cincin 3 (warna merah) merupakan faktor
pengali, dan cincin 4 (warna emas) merupakan toleransi. Setiap warna
pada cincin memiliki nilai yang berbeda, untuk mengetahui nilai-nilai
setiap warna tersebut perhatikan tabel berikut ini.
Contoh
Cincin 1 (coklat) = digit pertama / nilai = 1
Cincin 2 (ungu) = digit kedua / nilai = 7
Cincin 3 (merah) = faktor pengali = x 102Ω
Cincin 4 (emas) = toleransi = ± 5%
Jadi nilai resistor tersebut adalah:
= 17 x 100Ω dengan toleransi ± 5%
= 1700Ω dengan toleransi ± 5%
Nilai toleransi pada resistor merupakan kualitas dari resistor itu
sendiri, walaupun resistor memiliki nilai tahanan yang tetap, tetapi
pada kenyataannya nilai tahanan ini dapat berubah jika terpengaruh oleh
faktor eksternal misalnya adalah suhu (temperatur). Besarnya perubahan
terhadap suhu tersebut tergantung dari nilai toleransi yang tertera pada
cincin ke empat pada badan resistor.
Contoh: dari hasil perhitungan nilai tahanan tersebut diatas diperoleh
hasil 1700Ω dengan toleransi ± 5%, maka rentang nilai minimum dan
maksimum resistor tersebut adalah:
Rentang nilai minimum dan maksimum resistor
1700Ω x 5% = 85Ω
Nilai minimum = 1700Ω - 85Ω = 1615Ω
Nilai maksimum = 1700Ω + 85Ω = 1785Ω
Jadi rentang nilai tahanan dari resistor tersebut jika terjadi perubahan
suhu adalah 1615Ω-1785Ω. Semakin kecil nilai toleransi maka semakin
kecil pula rentang-nya perubahan nilai tahanan suatu resistor, atau
dengan kata lain semakin kecil nilai toleransi semakin baik pula
kualitas resistor tersebut.
Untuk kode angka cara pembacaannya hampir sama sama dengan kode warna hanya tampilannya langsung berupa angka.
Contoh
Suatu resistor di badannya terdapat kode angka 471.
Maka 4 merupakan digit pertama, 7 merupakan digit kedua, dan 1 merupakan faktor pengali.
Sehingga nilai resistor tersebut 47 x 101Ω = 470Ω.
Membaca nilai resistor lima pita
Penandaan nilai resistor dengan menggunakan lima pita digunakan pada
resistor presisi tinggi (toleransi 1%, 0.5%, 0.25%, 0.1%). Tiga pita
pertama menunjukkan harga resistansi, pita keempat adalah pengali, dan
yang kelima adalah toleransi. Dibawah ini adalah tabel warna untuk skema
lima warna yang dapat digunakan sebagai acuan.
Warna
Pita pertama
Pita kedua
Pita ketiga
Pita keempat
(pengali)
Pita kelima
(toleransi)
Hitam
0
0
0
×100
Cokelat
1
1
1
×101
±1% (F)
Merah
2
2
2
×102
±2% (G)
Oranye
3
3
3
×103
15 ppm
Kuning
4
4
4
×104
25 ppm
Hijau
5
5
5
×105
±0.5% (D)
Biru
6
6
6
×106
±0.25% (C)
Ungu
7
7
7
×107
±0.1% (B)
Abu-abu
8
8
8
×108
±0.05% (A)
Putih
9
9
9
×109
Emas
×10-1
±5% (J)
Perak
×10-2
±10% (K)
Kosong
±20% (M)
1.4 Disipasi Panas Pada resistor
Jika suatu arus listrik yang melewati resistor meningkat, maka akan
dihasilkan panas dan jika arus tersebut terus meningkat hingga melewati
batas maksimum maka resistor akan rusak. Untuk mencegah hal tersebut,
selain memiliki nilai tahanan dan toleransi, resistor juga memiliki
nilai disipasi dalam Watt.
Biasanya nilai disipasi pada resistor adalah 1/16W, 1/8W, 1/4W, 1/2W,
1W, 2W, 5W, dan seterusnya. Nilai disipasi pada resistor berguna agar
sebuah resistor dapat bertahan dari panas, pada kondisi arus listrik
maksimum yang melewatinya. Semakin besar nilai disipasinya semakin besar
ukuran resistor-nya. Untuk menentukan daya yang akan mengalir melalui
resistor digunakan rumus berikut ini.
Dimana:
P adalah daya dalam Watt (W)
V adalah tegangan dalam Volt (V)
I adalah arus listrik dalam Ampere (A)
R adalah tahanan resistor dalam Ohm (Ω)
Sebagai contoh, pada rangkaian elektronika dibawah ini diketahui bahwa
tegangan sebesar 12V melewati resistor 47Ω, berapa Watt-kah disipasi
pada resistor?
P = V2 / R = 122 / 47 = 144 / 47 = 3,1 Watt
Resistor akan terdisipasi panas sebesar 3,1 Watt, jadi hendaknya pada
rangkaian tersebut digunakan resistor dengan nilai disipasi diatas 3,1
Watt (misal 5W) untuk menghindari kerusakan pada resistor.
1.5 Resistor Nonlinier
Resistor yang sudah dijelaskan sebelumnya merupakan resistor linier atau
resistor yang memiliki nilai tahanan yang tetap, walaupun dijelaskan
juga sebelumnya bahwa nilai tahanan resistor berubah-ubah terhadap
temperatur tetapi perubahan tersebut tidaklah terlalu besar.
Pada resistor nonlinier nilai tahanan-nya dibuat dapat berubah-ubah
sesuai kebutuhan, jenis resistor ini antara lain Potensiometer (resistor
variabel), Negative Temperature Co-eficient (NTC), Positive Temperature
Co-efficient (PTC), dan Light Depending Resistor (LDR).
Potensiometer
Resistor ini memiliki tuas putar atau geser yang berfungsi untuk merubah
nilai tahanan-nya. Biasanya potensiomenter digunakan pada tombol
pengatur volume, bass, treble, dan equalizer pada perangkat audio
seperti amplifier dan mini compo.
Simbol untuk potensiometer ditunjukkan pada gambar sebelah kiri,
sedangkan di sebelah kanan merupakan gambar potensiometer sebenarnya.
NTC dan PTC
Kedua jenis resistor ini merupakan jenis resistor nonlinier yang nilai
tahanan-nya tergantung dari temperatur atau suhu. Pada NTC (Negative
Temperature Co-efficient) nilai tahanan-nya akan berkurang jika
temperaturnya naik, sedangkan PTC (Positive Temperature Co-efficient)
nilai tahanan-nya akan bertambah seiring dengan naiknya temperatur.
Courtesy : www.mikroe.com
Pada gambar a. paling sebelah kiri merupakan simbol NTC disebelah
kanannya merupakan bentuk-bentuk NTC sebenarnya. Pada gambar b. paling
sebelah kiri merupakan simbol dari PTC dan disebelah kanannya merupakan
bentuk-bentuk nyata dari PTC. Resistor jenis ini biasa digunakan sebagai
sensor suhu pada suatu peralatan elektronika
LDR
LDR (Light Dependent Resistor) adalah jenis resistor nonlinier yang nilai tahanan-nya berubah-ubah terhadap
Pada gambar diatas merupakan contoh bentuk LDR yang sering digunakan
pada rangkaian elektronika. Pada rangkaian elektronika LDR biasa
digunakan sebagai sensor cahaya.
Bab II
Kapasitor
2.1 Pengertian
Kapasitor (Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan
dengan huruf "C" adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi/muatan
listrik di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan
ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kapasitor ditemukan oleh
Michael Faraday (1791-1867). Satuan kapasitor disebut Farad (F). Satu
Farad = 9 x 1011 cm2 yang artinya luas permukaan kepingan tersebut.
Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan
oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal
misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung
plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan
mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang
sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi.
Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub negatif dan
sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutub positif,
karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan
elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung
kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor ini terjadi pada saat
terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di awan.
Prinsip dasar kapasitor dielektrik elektroda elektroda Kapasitor
memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran, tergantung dari kapasitas,
tegangan kerja, dan lain sebagainya. Kapasitor terbagi dalam dua
kelompok yaitu kapasitor yang memiliki kapasitas yang tetap dan
kapasitor yang memiliki kapasitas yang dapat diubah-ubah atau dengan
kata lain kapasitor variabel.
2.2 Kapasitor Nonpolar
Kapasitor nonpolar merupakan jenis kapasitor yang memiliki kapasitas
yang tetap, kapasitor ini memiliki kapasitas yang tidak terlalu besar.
Untuk menggambarkan sebuah kapasitor dalam sebuah gambar rangkaian
elektronika, kapasitor nonpolar digambarkan dengan simbol seperti
dibawah ini.
Kapasitor jenis ini biasanya terbuat dari bahan kertas, mica, keramik,
mylar dan lain sebagainya. Jenis bahan pembuat kapasitor memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memiliki kekurangan dan
kelebihan masing-masing.
Pada umumnya nilai kapasitas dari sebuah kapasitor nonpolar digambarkan
dengan kode angka. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh
berikut.
Courtesy : www.wima.com
Pada kode angka yang ditampilkan pada baris A untuk mengetahui berapa
nilai kapasitas-nya adalah dengan melihat pada bagian
Capacitance/Voltage yang terletak pada bagian depan, disana tertulis
0.01/100 yang artinya kapasitor ini memiliki kapasitas 0,01nF dan
tegangan maksimum-nya adalah 100V. Sedangkan untuk nilai toleransi-nya
diperlihatkan pada bagian belakang, disana tertulis angka 10 yang
artinya 10%.
Pada kode angka yang ditampilkan pada baris B, kode angka dibubuhkan
pada bagian atas kapasitor. Pada bagian tersebut tertulis 1,0J63 yang
berarti kapasitor tersebut memiliki kapasitas sebesar 1nF, tegangan
maksimum-nya 63V, sedangkan toleransi-nya ditandai oleh huruf "J" yang
mana pada keterangan gambar memiliki nilai 5%. Kedua contoh kode diatas
nilai kapasitas kapasitor-nya selalu dalam nF (nano Farad). Selain dua
contoh diatas ada satu lagi contoh pengkodean pada kapasitor, seperti
berikut.
Pada gambar diatas kode yang tertera adalah 101, angka pertama merupakan
digit pertama, angka kedua merupakan digit kedua dan angka ketiga
merupakan faktor pengali dalam satuan pF (pico Farad). Jadi nilai
kapasitor tersebut adalah 10 x 101 = 100pF. Contoh lain; Jika kode yang
tertera adalah 223 maka nilai kapasitas-nya adalah 22 x 103 = 22000pF =
22nF
2.3 Kapasitor Polar atau Kapasitor Elektrolit
Sesuai dengan namanya kapasitor ini memiliki polaritas pada kedua
kakinya yaitu polaritas positif (+) dan polaritas negatif (-). Kapasitor
ini termasuk dalam kelompok kapasitor yang memiliki nilai kapasitas
yang tetap dan memiliki nilai kapasitas yang besar. Pada rangkaian
elektronika kapasitor elektrolit disimbolkan seperti gambar berikut.
Untuk C1 merupakan simbol gaya Eropa (Europe Syle) dan C2 adalah simbol
gaya Amerika (American Style). Untuk pemberian nilai kapasitas, pada
kapasitor elektrolit ditulis secara langsung lengkap dengan satuan dan
tegangan maksimum, serta simbol polaritas-nya.
Catatan: Ledakan dapat terjadi jika pemasangan polaritas-nya terbalik
atau tegangan yang diberikan pada kapasitor ini melebihi tegangan
maksimum-nya.
Kaki yang memiliki polaritas negatif berdekatan dengan tanda garis
vertikal pada bodi kapasitor, atau kaki yang berpolaritas positif
memiliki ukuran yang lebih panjang daripada kaki yang berpolaritas
negatif. Seperti terlihat pada gambar diatas.
2.4 Kapasitor Variabel
Kapasitor variabel adalah kapasitor yang nilai kapasitas-nya dapat
diubah-ubah sesuai keinginan. Oleh karena itu kapasitor ini di
kelompokan ke dalam kapasitor yang memiliki nilai kapasitas yang tidak
tetap.
potensiometer kapasitor memiliki tuas untuk diputar atau biasa disebut
rotor, dan bagian yang diam disebut stator. Kapasitor variabel dibuat
dalam berbagai bentuk dan ukuran, nilai kapasitas-nya mulai dari
beberapa pF hingga ratusan pF keatas. Kapasitor variabel biasa terdapat
pada pesawat radio penerima, biasanya kapasitor variabel digunakan
sebagai tuning untuk mencari frekuensi radio dari pemancar.
Simbol kapasitor variabel diperlihatkan seperti gambar sebelah kiri
diatas. Seperti potensiometer kapasitor memiliki tuas untuk diputar atau
biasa disebut rotor, dan bagian yang diam disebut stator. Kapasitor
variabel dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran, nilai kapasitas-nya
mulai dari beberapa pF hingga ratusan pF keatas. Kapasitor variabel
biasa terdapat pada pesawat radio penerima, biasanya kapasitor variabel
digunakan sebagai tuning untuk mencari frekuensi radio dari pemancar
2.5 Menghitung Nilai Kapasitor
Untuk mencari nilai dari kapasitor biasanya dilakukan dengan melihat
angka/kode yang tertera pada badan kapasitor tersebut. Untuk kapasitor
jenis elektrolit memang mudah, karena nilai kapasitansinya telah tertera
dengan jelas pada tubuhnya. Sedangkan untuk kapasitor keramik dan
beberapa jenis yang lain nilainya dikodekan. Biasanya kode tersebut
terdiri dari 4 digit, dimana 3 digit pertama merupakan angka dan digit
terakhir berupa huruf yang menyatakan toleransinya. Untuk 3 digit
pertama angka yang terakhir berfungsi untuk menentukan 10n, nilai n
dapat dilihat pada tabel dibawah.
Misalnya suatu kapasitor pada badannya tertulis kode 474J, berarti nilai
kapasitansinya adalah 47 + 104 = 470.000 pF = 0.47μF sedangkan
toleransinya 5%. Yang harus diingat didalam mencari nilai kapasitor
adalah satuannya dalam pF (Pico Farad).
BAB III
INDUKTOR
3.1 Pengertian
Induktor adalah komponen yang tersusun dari lilitan kawat. Induktor
termasuk juga komponen yang dapat menyimpan muatan listrik. Bersama
kapasitor induktor dapat berfungsi sebagai rangkaian resonator yang
dapat beresonansi pada frekuensi tertentu.
3.2 Fungsi Induktor
Fungsi Induktor:
Penyimpan arus listrik dalam bentuk medan magnet
Menahan arus bolak-balik/ac
Meneruskan/meloloskan arus searah/dc
Sebagai penapis (filter)
Sebagai penalaan (tuning)
Kumparan/coil ada yang memiliki inti udara, inti besi, atau inti ferit.
Nilai/harga dari inductor disebut sebagai induktansi dengan satuan dasar henry.
Simbol Induktor :
Contoh bentuk fisik induktor :
3.3 Jenis induktor :
a) Fixed coil, yaitu inductor yang memiliki harga yang sudah pasti.
Biasanya dinyatakan dalam kode warna seperti yang diterapkan pada
resistor. Harganya dinyatakan dalam satuan mikrohenry (μH).
b) Variable coil, yaitu inductor yang harganya dapat diubah-ubah atau disetel. Contohnya adalah coil yang digunakan dalam radio.
c) Choke coil (kumparan redam), yaitu coil yang digunakan dalam teknik sinyal frekuensi tinggi.
3.4 Konstruksi induktor
Sebuah induktor biasanya dikonstruksi sebagai sebuah lilitan dari bahan
penghantar, biasanya kawat tembaga, digulung pada inti magnet berupa
udara atau bahan feromagnetik. Bahan inti yang mempunyai permeabilitas
magnet yang lebih tinggi dari udara meningkatkan medan magnet dan
menjaganya tetap dekat pada induktor, sehingga meningkatkan induktansi
induktor. Induktor frekuensi rendah dibuat dengan menggunakan baja
laminasi untuk menekan arus eddy. Ferit lunak biasanya digunakan sebagai
inti pada induktor frekuensi tingi, dikarenakan ferit tidak menyebabkan
kerugian daya pada frekuensi tinggi seperti pada inti besi. Ini
dikarenakan ferit mempunyai lengkung histeresis yang sempit dan
resistivitasnya yang tinggi mencegah arus eddy. Induktor dibuat dengan
berbagai bentuk. Sebagian besar dikonstruksi dengan menggulung kawat
tembaga email disekitar bahan inti dengan kaki-kali kawat terlukts
keluar. Beberapa jenis menutup penuh gulungan kawat didalam material
inti, dinamakan induktor terselubungi. Beberapa induktor mempunyai inti
yang dapat diubah letaknya, yang memungkinkan pengubahan induktansi.
Induktor yang digunakan untuk menahan frekuensi sangat tinggi biasanya
dibuat dengan melilitkan tabung atau manik-manik ferit pada kabel
transmisi.
Induktor kecil dapat dicetak langsung pada papan rangkaian cetak dengan
membuat jalur tembaga berbentuk spiral. Beberapa induktor dapat dibentuk
pada rangkaian terintegrasi menhan menggunakan inti planar. Tetapi
bentuknya yang kecil membatasi induktansi. Dan girator dapat menjadi
pilihan alternatif.
3.5 Jenis-jenis lilitan
Lilitan ferit sarang madu
Lilitan sarang madu dililit dengan cara bersilangan untuk mengurangi
efek kapasitansi terdistribusi. Ini sering digunakan pada rangkaian tala
pada penerima radio dalam jangkah gelombang menengah dan gelombang
panjang. Karena konstruksinya, induktansi tinggi dapat dicapai dengan
bentuk yang kecil.
Lilitan inti toroid
Sebuah lilitan sederhana yang dililit dengan bentuk silinder menciptakan
medan magnet eksternal dengan kutub utara-selatan. Sebuah lilitan
toroid dapat dibuat dari lilitan silinder dengan menghubungkannya
menjadi berbentuk donat, sehingga menyatukan kutub utara dan selatan.
Pada lilitan toroid, medan magnet ditahan pada lilitan. Ini menyebabkan
lebih sedikit radiasi magnetik dari lilitan, dan kekebalan dari medan
magnet eksternal.
3.6 Rumus induktansi
Konstruksi
Rumus
Besaran (SI, kecuali disebutkan khusus)
Lilitan silinder
L = induktansi
μ0 = permeabilitas vakum
K = koefisien Nagaoka
N = jumlah lilitan
r = jari-jari lilitan
l = panjang lilitan
Kawat lurus
L = induktansi
l = panjang kawat
d = diameter kawat
Lilitan silinder pendek berinti udara
L = induktansi (µH)
r = jari-jari lilitan (in)
l = panjang lilitan (in)
N = jumlah lilitan
Lilitan berlapis-lapis berinti udara
L = induktansi (µH)
r = rerata jari-jari lilitan (in)
l = panjang lilitan (in)
N = jumlah lilitan
d = tebal lilitan (in)
Lilitan spiral datar berinti udara
L = induktansi
r = rerata jari-jari spiral
N = jumlah lilitan
d = tebal lilitan
Inti toroid
L = induktansi
μ0 = permeabilitas vakum
μr = permeabilitas relatif bahan inti
N = jumlah lilitan
r = jari-jari gulungan
D = diameter keseluruhan
Sumber :
http://ilmu-elektronika.co.cc/index.php/komponen-elektronika/resistor.html
http://abisabrina.wordpress.com/2010/07/14/komponen-dasar-elektronika-induktor/
http://id.wikipedia.org/wiki/Induktor
http://abisabrina.wordpress.com/2010/07/13/komponen-dasar-elektronika-kapasitor/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar